Langsung ke konten utama
Nama: Aurel Virginia Monica Keintjem
NPM: 11519189

CITA-CITA.

Arti kata cita-cita di KBBI adalah: keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran. Cita-cita itu sangat luas dan beragam. Pada pembahasan kali ini saya akan membahas cita-cita dalam wujud keinginan seseorang mengenai pekerjaan impian di masa depan,


FENOMENA.
Di jaman yang semakin maju ini, membuat lapangan kerja semakin meluas dan beragam, para anak muda mempunyai banyak sekali akses untuk mendapatkan informasi mengenai jenis pekerjaan yang mereka sukai. Bahkan saat ini anak-anak muda  punya banyak sekali impian dan cita-cita. Berawal dari ide-ide kreatif saat berbincang-bincang dengan teman, kekaguman akan suatu individu yang menujukkan betapa hebatnya profesi mereka di sosial media, dan juga banyaknya informasi yang dapat di akses mengenai pekerjaan-pekerjaan yang sekiranya sesuai dengan bakat dan minat mereka, anak-anak muda sekarang jadi punya banyak referensi mengenai pekerjaan atau usaha yang dapat mereka lakukan di masa depan. Tetapi semakin beragam cita-cita yang dimiliki oleh para anak muda sekarang, semakin banyak pula tantangan yang dapat mereka hadapi. Tantangan yang paling sering ditemukan dalam keberagaman pilihan cita-cita ini adalah stereotype dari  masyarakat yang menganggap aneh suatu pekerjaan dan hanya menganggap baik beberapa pekerjaan tertentu, sehingga banyak yang pada akhirnya memilih menyerah dan terjebak dalam stereotype yang telah tercipta di lingkungan mereka.

MASALAH. 
Di jaman yang semakin berkembang ini, anak muda banyak memiliki cita-cita yang semakin beragam untuk masa depannya, tetapi sayangnya stereotype yang berada di masyarakat seringkali membuat mereka harus mengubur cita-cita mereka. Banyaknya ketentuan-ketentuan mengenai apa yang baik dan kurang baik pada masyarakat seringkali menyebabkan cita-cita seseorang pada akhirnya tersudutkan dan bahkan pada akhirnya harus dikubur dalam-dalam. Lalu stereotype apa yang biasanya muncul dimasyarakat mengenai cita-cita? Stereotype yang biasanya tertanam di masyarakat adalah mengenai umtuk siapa pekerjaan itu, apakah untuk perempuan atau laki-laki, misalnya perempuan ingin menjadi pilot, biasanya akan banyak masyarakat yang langsung mengeluarkan pendapat bahwa perempuan tidak cocok menjadi pilot karena resiko pekerjaannya yang tinggi, dan pada akhirnya banyak yang yang harus mengubur cita-citanya karena pandangan-pandangan masyarakat seperti itu. Stereotype selanjutnya adalah mengenai seberapa besar pendapatan dan penghormatan yang didapat dari pekerjaan yang dicita-citakan, misalnya banyak masyarakat yang lebih menyarankan anak muda untuk menjadi pengacara ketimbang penulis karena menurut stereotype yang sudah ada pengacara akan mendapatkan gaji yang lebih besar daripada penulis, dan ini juga pengacara akan mendapatkan penghormatan yang lebih besar daripada penulis, padahal seberapa besar pendapatan dan penghargaan yang didapat seseorang pada akhirnya tergantung pada kinerjanya nanti. Mengapa hal ini terjadi? Ini karena stereotype atau pikiran-pikiran yang telah tertanam pada masyarakat kebanyakan tidak dibaharui dengan informasi-informasi baru. Mengapa stereotype dapat menjadi masalah bagi cita-cita manusia di jaman sekarang? Karena stereotype-stereotype lama yang tidak berdasarkan fakta nyata ini dipegang kuat oleh masyarakat kebanyakan dan pada akhirnya memojokkan cita-cita yang semakin beragam di era ini, dan mematahkan mental beberapa orang untuk memulai memperjuangkan cita-citanya yang mungkin terlihat berbeda di masyarakat.

Analisis.
 Cita-cita adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada di dalam hati. Cita-cita merupakan keinginan tiap pribadi yang berusaha diperjuangkan setiap individu, tetapi  banyaknya stereotype yang berkembang di masyarakat mengenai cita-cita seringkali malah membuat beberapa  orang malah mengubur cita-citanya.
Walter Lippman, Sherif&Sherif, Larry A. Samovar, dan Richard E. dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur menjelaskan bahwa stereotype merupakan kecenderungan seseorang/kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru mengenai kelompok orang lain.
Walter Lippman, Sherif&Sherif, Larry A. Samovar, dan Richard E. Porter dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur, menjelaskan bahwa stereotip merupakan kecenderungan seseorang/kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru (false idea) mengenai kelompok orang lain. Gambaran yang keliru itu bersifat menghina, merendahkan, baik secara fisik atau tingkah laku.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stigma Sosial, Bagaimana Mengatasinya?", https://edukasi.kompas.com/read/2017/09/08/06270121/stigma-sosial-bagaimana-mengatasinya?page=all.
Walter Lippman, Sherif&Sherif, Larry A. Samovar, dan Richard E. Porter dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur, menjelaskan bahwa stereotip merupakan kecenderungan seseorang/kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru (false idea) mengenai kelompok orang lain. Gambaran yang keliru itu bersifat menghina, merendahkan, baik secara fisik atau tingkah laku.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stigma Sosial, Bagaimana Mengatasinya?", https://edukasi.kompas.com/read/2017/09/08/06270121/stigma-sosial-bagaimana-mengatasinya?page=all
Walter Lippman, Sherif&Sherif, Larry A. Samovar, dan Richard E. Porter dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur, menjelaskan bahwa stereotip merupakan kecenderungan seseorang/kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru (false idea) mengenai kelompok orang lain. Gambaran yang keliru itu bersifat menghina, merendahkan, baik secara fisik atau tingkah laku.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stigma Sosial, Bagaimana Mengatasinya?", https://edukasi.kompas.com/read/2017/09/08/06270121/stigma-sosial-bagaimana-mengatasinya?page=all.
Walter Lippman, Sherif&Sherif, Larry A. Samovar, dan Richard E. Porter dalam buku Psikologi Umum karya Alex Sobur, menjelaskan bahwa stereotip merupakan kecenderungan seseorang/kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru (false idea) mengenai kelompok orang lain. Gambaran yang keliru itu bersifat menghina, merendahkan, baik secara fisik atau tingkah laku.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stigma Sosial, Bagaimana Mengatasinya?", https://edukasi.kompas.com/read/2017/09/08/06270121/stigma-sosial-bagaimana-mengatasinya?page=all.
Stereotype jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang, tetapi kadang dipercayai berlebihan oleh masyarakat sehingga memojokkan pihak-pihak tertentu. Begitu pula dalam kasus cita-cita ini, stereotype yang telah berada di dalam masyarakat membuat cita-cita yang tidak memenuhi ketentuan masyarakat dianggap tidak dapat menjanjikan masa depan yang baik. Lalu bagaimana cara agar setiap orang yang memiliki cita-cita yang tidak sesuai dengan stereotype masyarakat agar tetap bisa menggapai cita-citanya? Yang pertama jelas kepercayaan diri dan keyakinan dari orang itu tersendiri sangat diperlukan agar dapat terus melangkah maju, selain itu harus sebagai orang yang memiliki cita-cita berbeda dari stereotype kebanyakan orang, kita harus memiliki prinsip yang kuat serta harus gigih dalam menunjukkan fakta-fakta kepada masyarakat bahwa apa yang diperjuangkan itu memang layak, dan bahwa pada akhirnya setiap keberhasilan orang dibidang apapun itu kembali lagi terhadap kinerja orang itu sendiri.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FENOMENA PELANGGARAN PRINSIP PROFESIONALISME OLEH PSIKOLOG ATAU ILMUWAN PSIKOLOG 

Nama  : Aurel Virginia Monica Keintjem NPM    : 11519189 KELAS : 1PA07 TUGAS ILMU BUDAYA DASAR FENOMENA PELANGGARAN PRINSIP PROFESIONALISME OLEH PSIKOLOG ATAU ILMUWAN PSIKOLOG  KASUS tirto.id  - Berdasarkan hukum yang berlaku, menurut Otto Hasibuan, psikolog tidak diperbolehkan mengungkap rahasia pengguna layanan psikologinya di depan umum. Karena itulah, pengacara terdakwa Jessica Kumala Wongso itu menyatakan bahwa tindakan saksi ahli psikologi yang menguak rahasia kliennya dalam sidang perkara pembunuhan Wayan Mirna Salihin, merupakan bentuk pelanggaran kode etik. Pernyataan itu diungkapkan Otto Hasibuan dalam sidang lanjutan atas terdakwa Jessica Kumala Wongso dengan agenda pembacaan nota pembelaan. Sebelum ini, terkait pemaparan kondisi psikis Jessica, Otto juga menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan psikologis tidak memiliki kesesuaian dan tidak benar. “Psikolog dan ilmuwan psikologi wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut klien atau ...

Kepribadian dan Hati Nurani

Nama      : Aurel Virginia Monica Keintjem NPM         : 11519189 KELAS     : 1PA07 MATKUL : ILMU BUDAYA DASAR Kepribadian dan Hati Nurani A. Id, Ego, dan Super Ego. 1. Id Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan, apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut Freud, Id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi kebutuhan tersebut...